bagaimana dengan artikel ini? apakah bermanfaat?

Jumat, 17 September 2010

DORMANSI, PENUAAN, DAN MATI

DORMANSI, PENUAAN, DAN MATI



Oleh

Nama Mahasiswa         : Syarifah Widya Ulfa
NIM                :  8106173015
Program Studi  : Magister
Jurusan             : Pendidikan Biologi











PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2010

Pendahuluan

Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada setiap musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi  masalah  karena produksi benih bermutu masih belum dapat mencukupi permintaan pengguna/petani. Benih dari segi tehnologi diartikan sebgai organisme mini hidup yang dalam keadaan “istirahat” atau dorman yang  tersimpan dalam wahana tertentu yang digunakan sebagai penerus generasi.
Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut.
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut.


Pembahasan

1. Pengertian Dormansi
Dormansi merupakan istilah yang digunakan terhadap biji-biji yang gagal dalam berkecambahan karena disebabkan beberapa faktor dari luar. Dormansi adalah suatu proses yang terhambatnya pertumbuhan biji walaupun lebih yang diberikan faktor lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan biji. Dormansi merupakan waktu tidur biji, sebelum biji segera tumbuh menjadi tanaman baru, di mana masa-masa dormansi dari masing-masing tumbuhan berbeda (Loveless, 1987).
Dormansi dapat didefenisikan sebagai suatu keadaan pertumbuhan dan metabolisme yang terpendam, dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak baik atau faktor dari dalam tumbuhan itu sendiri.
Dormansi merupakan suatu mekanisme untuk mempertahankan diri terhadap suhu yang sangat rendah (membeku) pada musim dingin, atau kekeringan di musim panas yang merupakan bagian penting dalam perjalanan hidup tumbuhan tersebut. Dormansi harus berjalan pada saat yang tepat, dan membebaskan diri atau mendobraknya apabila kondisi sudah memungkinkan untuk memulai pertumbuhan.
Dormansi adalah suatu penundaan pertumbuhan selama periode tertentu, keadaan ini ditemukan pada biji, tunas, umbi, atau rizom. Bagian tanaman tersebut tetap variable, terjadi reduksi aktivitas metabolisme dan hal ini sangat erat hubungannya dengan faktor luar yang sangat berpengaruh untuk terjadi dormansi. Faktor dalam yang mempengaruhi dormansi antara lain adalah senyawa-senyawa tertentu yang bersifat sebagai penghambat, dalam hal ini termasuk ABA. Pada biji, yang embrionya belum mencapai kematangan morfologis karena tidak cukupnya nutrisi juga merupakan salah satu faktor dalam yang dapat menyebabkan dormansi.
Ada 4 pertanyaan yang harus dijawab tentang dormansi pada tumbuhan atau organ tertentu. Pertama, tanda-tanda lingkungan apa yang memulai proses dan bagaimana menerimanya. Kedua, berhubungan dengan penerimaan tanda-tanda yang membawa kepada dormansi dan membukanya kembali ke keadaan metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Ketiga, lamanya dormansi yang menyangkut mekanisme penjadwalan (timing mechanism). Keempat, sifat alami dormansi dan mekanisme yang membawa pada keadaan dorman.

2. Penyebab Terjadinya Dormansi
Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh :
·        Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air.
·        Proses respirasi tertekan / terhambat.
·        Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan.
·        Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.
Adapun yang menyebabkan benih tersebut mengalami Dormansi adalah :
1. Faktor Lingkungan
Salah satu faktor penting yang merangsang dormansi adalah fotoperioda (panjang hari). Hari pendek (short day) merangsang banyak tumbuhan kayu menjadi dorman. Dalam hal respon perbungaan, daun harus diinduksi untuk menghasilkan zat penghambat (inhibitor) atau hormone, yang diangkut ke tunas-tunas dan menghambat pertumbuhan. Penghambatan ini dapat dihilangkan dengan induksi hari panjang (long day) atau dengan memberikan asam giberelat.
Pada dasarnya pendinginan secara sendiri tidak penting dalam menginduksi dormansi, dan dormansi tidak akan diinduksi dengan hari pendek apabila suhu terlalu rendah untuk melaksanakan metabolisme aktif. Tetapi pada kenyataannya terlihat bahwa pendingin merupakan prasyarat yang sangat penting untuk membuka dormansi.
Kurangnya air penting dalam memulai dormansi pada beberapa tumbuhan, terutama pada dormansi untuk mempertahankan hidup pada keadaan panas dan kering. Selanjutnya, berkurangnya nutrient terutama nitrogen, dapat merupakan penyebab terjadinya dormansi pada beberapa tumbuhan.


2. Asam Absitat (ABA)
Ahli fisilogi Inggris, P.F.Wareing dkk, menemukan bahwa ekstrak daun Betula pubscens yang dipelihara dalam kondisi hari pendek, yang mengandung zat yang sangat menghambat perpanjangan koleoptil Avena. Mereka menemukan bahwa pembentukan zat penghambat tersebut, terjadi sebelum dormansi berjalan. Pada tahun 1963, mereka berhasil mengisolasi zat penghambat tersebut dari tanaman Acer pseudoplatanus, yang mereka sebut dengan nama dormin. Sementara itu kelompok lain di Amerika di bawah pimpinan F.T.Addiccot, yang mempelajari proses pentuaan, yang mereka sebut sebagai absisin II. Secara kebetulan absisin II ini dikemukakan beberapa hari sebelum dormin, yang kemudian diketahui ternyata kedua zat tersebut sekarang dikenal dengan nama asam absisat (ABA). Asam absisat terjadi secara luas pada bagian tumbuhan dan terlibat dalam dormansi.
Berbagai gejala dormansi dan penuaan yang dapat diinduksi dengan pemberian ABA yaitu : memelihara dormansi, menghambat perkecambahan, menghambat sintesis enzim pada biji yang diinduksi giberelin, menghambat perbungaan, pengguguran tunas, pengguguran buah, penuaan daun,  dsb.

3. Interaksi ABA Dengan Zat Tumbuh Lainnya
Pemberian ABA harus terus menerus bila efek yang diinginkan tetap terpelihara, apabila pemberian ABA dihentikan, pertumbuhan dan metabolisme yang aktif akan kembali. Hal ini akan disebabkan oleh beberapa zat yang merangsang pertumbuhan akan mengantagoniskan efek ABA. Banyak percobaan menunjukkan bahwa asam giberelat (GA) memberi efek mengantagoniskan ABA. Apabila organ yang dorman, misalnya biji Lactuca yang disimpan di tempat gelap dan diberi ABA ekstra, pemberian GA dengan konsentrasi yang tinggi sekalipun, tidak akan menanggulangi penghambatan oleh ABA. Dalam keadaan seperti ini, pemberian kinetin dapat melawan efek ABA, dan GA dapat merangsang perkecambahan.
Hubungan antara GA dan ABA ini sangat menarik. GA dapat merangsang tumbuhan hari panjang (long day) berbunga, sebaliknya ABA memberikan efek kebalikannya. Meskipun ABA dapat merangsang perbungaan hari pendek, tetapi prosesnya tidak sama dengan antesin seperti dikemukakan oleh Chailakhyan. Dalam banyak hal kedua hormon ini memberikan pengaruh yang berbeda dan berlawanan, tetapi tidak selamanya selalu mengantagoniskan satu sama lain.


3. Tipe-tipe Dormansi (Klasifikasi Dormansi)
Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :
A.     Innate dormansi (dormansi primer)
B.     Induced dormansi (dormansi sekunder)
Dormansi primer adalah dormansi yang paling sering terjadi, terdiri dari dua sifat: (1) dormansi eksogenous yaitu kondisi dimana komponen penting perkecambahan tidak tersedia bagi benih dan menyebabkan kegagalan dalam perkecambahan. Tipe dormansi tersebut berhubungan dengan sifat fisik dari kulit benih serta faktor lingkungan selama perkecambahan; (2) dormansi endogenous yaitu dormansi yang disebabkan karena sifat-sifat tertentu yang melekat pada benih, seperti adanya kandungan inhibitor yang berlebih pada benih, embrio benih yang rudimenter dan sensitivitas terhadap suhu dan cahaya.
Dormansi sekunder adalah sifat dormansi yang terjadi karena dihilangkannya satu atau lebih faktor penting perkecambahan. Dormansi sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang membutuhkan cahaya.
Diduga dormansi sekunder tersebut disebabkan oleh perubahan fisik yang terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang berlebihan sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi lebih terbatas.

Sedangkan menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji, yaitu :
A.     Dormansi Fisik, dan
B.     Dormansi Fisiologis

A. Dormansi Fisik
Dormansi fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji. Dengan kata lain, dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri.
Beberapa penyebab dormansi fisik adalah :
1.      Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini disebut sebagai "Benih keras" karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula.
2.      Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera.
3.      Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas
Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat.

B. Dormansi Fisiologis
Dormansi Fisiologis dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh.
Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah :
1.      Immaturity Embrio
Proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/ belum matang. Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada tempe-ratur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah.
2.      After ripening, benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau dikatakan membutuhkan jangka waktu "After Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya.
3.      Photodormansi
Proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya. Tidak hanya dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.

4. Cara-cara Pemecahan Dormansi
Ada beberapa cara yang telah diketahui adalah :
A. Dengan perlakuan mekanis. Diantaranya yaitu dengan Skarifikasi.
Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas.
B. Dengan perlakuan kimia.
Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah. Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekat selama 20 menit sebelum tanam.
-         Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit.
-         Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 - 200 PPM.
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).

C. Perlakuan perendaman dengan air.
Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 - 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan.
D. Perlakuan dengan suhu.
Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili.
E. Perlakuan dengan cahaya.
Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.

5. Penuaan dan Mati
Tumbuhan dan bagian-bagiannya berkembang terus menerus, dari mulai perkecambahan sampai mati. Bagian akhir dari proses perkembangan, dari dewasa sampai hilangnya pengorganisasian dan fungsi, diberi istilah senesen atau penuaan.
1.      Aspek Metabolik Senesen
Pada tahap sel, penuaan berjalan dengan terjadinya penyusutan struktur dan rusaknya membran subseluler. Diduga bahwa vakuola bertindak sebagai lisosom, mengeluarkan enzim-enzim hidrolitik yang akan mencerna materi sel yang tidak diperlukan lagi. Penghancuran tonoplas telah menyebabkan enzim-enzim hidrolitik dibebaskan ke dalam sitoplasma. Sementara itu bagian dalam struktur kloroplas dan mitokondria mengalami penyusutan sebelum membran luarnya dirusak. Proses degradasi yang terjadi pada organel, dimulainya sama seperti yang terjadi pada sel.
Perubahan yang jelas telah terjadi dalam metabolisme dan kandungan dalam organ yang mengalami penuaan. Telah terjadi pengurangan DNA, RNA, Protein, ion-ion anorganik dan berbagai macam nutrien organik. Fotosintesis berkurang sebelum senesen dimulai dan ini mungkin disebabkan menurunnya permintaan akan hasil fotosintesis. Segera setelah itu klimakterik dalam respirasi terlihat dan nitrogen terlarut meningkat sebagai akibat dirombaknya protein.

2.      Pengaruh Faktor Pertumbuhan
Sitokinin dapat menghilangkan atau memperlambat proses penuaan. Mekanisme kerja sitokinin dalam proses ini masih belum jelas, tetapi ada petunjuk dari percobaan Mothes yang menunjukkan bahwa setetes sitokinin yang diberikan pada daun, telah menyebabkan terjadinya mobilisasi nutrien organik dan anorganik menuju daerah sekitar daun yang diberi sitokinin. Tapi masih belum jelas, apakah peningkatan nutrisi sebagai penyebab langsung permudaan kembali atau sitokinin penyebab terjadinya beberapa peristiwa yang menghasilkan permudaan kembali dan mobilisasi nutrisi.
Tidak semua tumbuhan memberikan respon terhadap hormon yang sama. Sitokinin lebih efektif dalam menahan penuaan pada tumbuhan basah, sedangkan giberelin lebih efektif menahan senesen pada Taraxacum officinale dan Fraxinus. Kadar giberelin endogen akan turun dengan cepat selama senesen pada daun. Auksin (IAA dan 2,4 D) dapat menghalangi senesen pada tumbuhan tertentu. Etilen adalah hormon yang secara jelas merangsang kuat senesen pada banyak jaringan.

6. Absisi
Absisi yang terjadi pada daun dan buah merupakan contoh senesen yang jelas. Daun tidak rontok demikian saja pada waktu mati. Suatu daerah pembelahan sel yang disebut daerah absisi, berkembang dekat pangkal tangkai daun, sehingga sejumlah dinding sel melintang tegak lurus terhadap sumbu panjang tangkai daun terbentuk.
Pektinase dan selulase dirangsang pembentukannya pada sel-sel di daerah absisi, dan akan melarutkan lamela tengah dinding yang melintang tadi, sehingga tangkai daun lepas. Hubungan ikatan pembuluh yang terputus akan tersumbat dengan dibentuknya tilosa, yaitu suatu zat sejenis ‘gum’  dan dilapisi sel-sel gabus. Dalam proses ini dua peristiwa terlibat, yaitu pembelahan sel dan induksi hidrolase. Kedua proses ini merupakan proses metabolisme yang aktif dan oleh karenanya merupakan bagian yang terprogram dalam perkembangan tumbuhan.

Penutup

Kesimpulan
1.      Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan
2.      Penyebab Dormansi
-         Faktor Lingkungan
-         Asam Absitat (ABA)
-         Interaksi ABA Dengan Zat Tumbuh Lainnya
  1. Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu :
-         Innate dormansi (dormansi primer)
-         Induced dormansi (dormansi sekunder)
-         Enforced dormansi
Sedangkan menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :
-         Dormansi Fisik, dan
-         Dormansi Fisiologi
  1. Cara-cara Pemecahan Dormansi
-         Dengan perlakuan mekanis
-         Dengan perlakuan kimia.
-         Perlakuan perendaman dengan air.
-         Perlakuan dengan suhu.
-         Perlakuan dengan cahaya.
  1. Yang  dimaksud dengan penuaan dan mati yaitu sudah tidak produktifnya lagi pengorganisasian dan fungsi dari tumbuhan tersebut.
  2. Yang dimaksud dengan absisi adalah proses gugurnya daun pada bagian pangkalnya karena sudah dewasa

DAFTAR PUSTAKA

http://www.tanindo.com/abdi5/hal0401.htm
http://www.tanindo.com/abdi6/hal04.htm
http://agrica.wordpress.com/2009/01/03/dormansi-biji/
http://id.wikipedia.org/wiki/Dormansi
http://vansaka.blogspot.com/2010/04/dormansi-benih-pada-tanaman.html
Loveless, A. R. 1987.Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk DaerahTr opis. PT.
Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Salisbury, F.B., dan Ross, C.W., (1995), Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB, Bandung.

Rekayasa Genetika dan Berbagai Polemik dalam Kehidupan Masyarakat

Rekayasa Genetika dan Berbagai Polemik
dalam Kehidupan Masyarakat





Oleh
Nama Mahasiswa         : Syarifah Widya Ulfa
NIM                            :  8106173015
Program Studi              : Magister
Jurusan             : Pendidikan Biologi









PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2010



Pendahuluan

Genetika disebut juga ilmu keturunan, berasal dari kata genos (bahasa latin), artinya suku bangsa-bangsa atau asal-usul. Secara “Etimologi”kata genetika berasal dari kata genos dalam bahasa latin, yang berarti asal mula kejadian. Namun, genetika bukanlah ilmu tentang asal mula kejadian meskipun pada batas-batas tertentu memang ada kaitannya dengan hal itu juga. Genetika adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk alih informasi hayati dari generasi ke generasi. Oleh karena cara berlangsungnya alih informasi hayati tersebut mendasari adanya perbedaan dan persamaan sifat diantara individu organisme, maka dengan singkat dapat pula dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat .Dalam ilmu ini dipelajari bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada anak cucu, serta variasi yang mungkin timbul didalamnya.
Genetika perlu dipelajari, agar kita dapat mengetahui sifat-sifat keturunan kita sendiri serta setiap makhuk hidup yang berada dilingkungan kita. Kita sebagai manusia tidak hidup autonom dan terinsolir dari makhuk lain sekitar kita tetapi kita menjalin ekosistem dengan mereka. Karena itu selain kita harus mengetahui sifat-sifat menurun dalam tubuh kita, juga pada tumbuhan dan hewan. Lagi pula prinsip-prinsip genetika itu dapat disebut sama saja bagi seluruh makluk. Karena manusia sulit dipakai sebagai objek atau bahan percobaan genetis, kita mempelajari hukum-hukumnya lewat sifat menurun yang terkandung dalam tubuh-tumbuhan dan hewan sekitar. Genetika bisa sebagai ilmu pengetahuan murni, bisa pula sebagai ilmu pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan murni ia harus ditunjang oleh ilmu pengetahuan dasar lain seperti kimia, fisika dan metematika juga ilmu pengetahuan dasar dalam bidang biologi sendiri seperti bioselluler, histologi, biokimia, fiosiologi, anatomi, embriologi, taksonomi dan evolusi. Sebagai ilmu pengetahuan terapan ia menunjang banyak bidang kegiatan ilmiah dan pelayanan kebutuhan masyarakat.
Rekayasa genetika dalam arti paling luas adalah penerapan genetika untuk kepentingan manusia. Dengan pengertian ini kegiatan pemuliaaan hewan atau tanaman melalui seleksi dalam populasi dapat dimasukkan. Demikian pula penerapan mutasi buatan tanpa target dapat pula dimasukkan. Masyarakat ilmiah sekarang lebih bersepakat dengan batasan yang lebih sempit, yaitu penerapan teknik-teknik genetika molekular untuk mengubah susunan genetik dalam kromosom atau mengubah sistem ekspresi genetik yang diarahkan pada kemanfaatan tertentu.
            Penggunaan Rekayasa Genetika atau Teknologi DNA rekombinan mendominasi ilmu genetika pada saat memasuki era baru yaitu pada akhir tahun 1970-an yang digunakan untuk menghasilkan bentuk-bentuk kehidupan baru yang tidak ditemukan di alam. Melalui teknologi ini, memungkinkan untuk memindahkan gen-gen dari mamalia ke dalam bakteri, menyebabkan mikroba itu menjadi pabrik-pabrik kecil untuk membuat (dalam jumlah yang relatif besar) protein-protein yang mempunyai kepentingan ekonomi seperti hormon (insulin, hormon pertumbuhan) dan interferon (protein limfosit yang mencegah replikasi berbagai virus). Protein-protein ini diproduksi dalam jumlah yang begitu sedikit dalam tubuh manusia, sehingga biaya untuk ekstraksi dan purifikasi dari jaringan sangat tinggi, jadi membatasi penggunaan medis dalam profilaksis (pencegahan) dan terapeutis (penyembuhan) penyakit. Melalui rekayasa genetika, dimungkinkan untuk memproduksi berbagai faktor pembeku darah, protein-protein komplemen (bagian dari sistem imun) dan substansi lainnya untuk memperbaiki penyakit-penyakit defisiensi genetik.
Namun banyak reaksi yang ditimbulkan masyarakat terhadap pemunculan rekayasa genetika ini, baik pro, kontra maupun tidak peduli. Untuk masyarakat awam, mereka tidak peduli apakah hasil dari rekayasa genetika seperti makanan yang dimakanannya produk transgenik apa tidak, asal menguntungkan, murah, dan isinya kurang lebih sama dengan produk yang bukan transgenik. Contohnya adalah kedelai. Negara kita mengimpor kedelai transgenik dari Amerika yang harganya cukup ekonomis di pasar, sehingga dijadikan bahan baku tempe dan tahu yang dikonsumsi sehari-hari. Dan juga dari buah-buahan impor di supermarket, boleh jadi ada diantaranya yang merupakan produk transgenik namun tidak diberi informasi mengenainya.
Untuk pemaparan lebih lanjut akan dibahas pada Bab selanjutnya.


Pembahasan

1. Pengertian Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika merupakan transplantasi atau pencangkokan satu gen ke gen lainnya dimana dapat bersifat antar gen dan dapat pula lintas gen sehingga mampu menghasilkan produk. Rekayasa genetika juga diartikan sebagai perpindahan gen. Teknologi Rekayasa Genetika merupakan inti dari bioteknologi yang didefinisikan sebagai teknik in-vitro asam nukleat, termasuk DNA rekombinan dan injeksi langsung DNA ke dalam sel atau organel, atau fusi sel di luar keluarga taksonomi; yang dapat menembus rintangan reproduksi dan rekombinasi alami, dan bukan teknik yang digunakan dalam pemuliaan dan seleksi tradisional.
Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan organisme penerima dapat berasal dari organisme apa saja. Misalnya, gen dari sel pankreas manusia yang kemudian diklon dan dimasukkan ke dalam sel E. Coli yang bertujuan untuk mendapatkan insulin.

2. Tujuan Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika pada tanaman mempunyai target dan tujuan antara lain peningkatan produksi, peningkatan mutu produk supaya tahan lama dalam penyimpanan pascapanen, peningkatan kandunagn gizi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit tertentu (serangga, bakteri, jamur, atau virus), tahan terhadap herbisida, sterilitas dan fertilitas serangga jantan (untuk produksi benih hibrida), toleransi terhadap pendinginan, penundaan kematangan buah, kualitas aroma dan nutrisi, perubahan pigmentasi.
Rekayasa Genetika pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba tersebut (misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara, meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan makanan ternak, mikroba prebiotik untuk makanan olahan), dan untuk menghasilkan bahan obat-obatan dan kosmetika.

3. Tahap Pembuatan Insulin
            Tahapan pembuatan Insulin adalah sebagai berikut:
1.      Bakteri yang masih mempunyai plasmid, plasmidnya dipotong dengan menggunakan enzim Restriksi Endonuklease
2.      Kemudian gen insulin dari sel pankreas juga dipotong dengan menggunakan enzim restriksi
3.      Lalu gen insulin ini di sisipkan pada plasmid bakteri dengan menggunakan enzim ligase sehingga disebut dengan ADN rekombinan
4.      Setelah itu ADN rekombinan itu dimasukkan ke dalam tubuh bakteri baru
5.      Bakteri dibiarkan berkembang biak dalam wadah fermentasi sehingga dihasilkan insulin.

4. Penyebab Berkembangnya Rekayasa Genetika
            Pada akhir tahun 1970-an, genetika memasuki suatu era baru yang didominasi oleh penggunaan teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika untuk menghasilkan bentuk-bentuk kehidupan baru yang tidak ditemukan di alam.
Penyebab berkembangnya Rekayasa Genetika antara lain:
1.      Ditemukannya enzim pemotong DNA yaitu enzim restriksi endonuklease
2.      Ditemukannya pengatur ekspresi DNA yang diawali dengan penemuan operon laktosa pada prokariota
3.      Ditemukannya perekat biologi yaitu enzim ligase
4.      Ditemukannya medium untuk memindahkan gen ke dalam sel mikroorganisme
Sejalan dengan penemuan-penemuan penting itu, perkembangan di bidang biostatistika, bioinformatika dan robotika/automasi memainkan peranan penting dalam kemajuan dan efisiensi kerja bidang ini.

5. Penerapan Rekayasa Genetika
            Penerapan Rekayasa Genetika pada berbagai bidang, antara lain:
1. Bidang pertanian dan bahan pangan
- Ditemukannya tomat Flavr Savr yang tahan
- Ditemukannya sapi dengan produksi susu meningkat 20%
- Ditemukannya kopi super
- Ditemukannya tanaman ber-pestisida
- Ditemukannya vaksin penyakit mulut dan kuku
- Jagung dengan protein tinggi

2. Bidang kesehatan dan farmasi
- Diproduksinya insulin dengan cepat dan murah
- Adanya terapi genetic
- Diproduksinya interferon
- Diproduksinya beberapa hormon pertumbuhan

3. Bidang Industri
- Terciptanya bakteri yang mampu membersihkan lingkungan tercemar
- Bakteri yang dapat mengubah bahan tercemar menjadi bahan tidak berbahaya
- Bateri pembuat aspartanik

6. Dampak Rekayasa Genetika
a. Dampak di bidang sosial ekonomi
Dampak ekonomi yang tampak adalah paten hasil rekayasa, swastanisasi dan konsentrasi bioteknologi pada kelompok tertentu, memberikan pengaruh yang sangat luas pada masyarakat. Produk bioteknologi dapat merugikan petani kecil. Penggunakan hormon pertumbuhan sapi dapat meningkatkan produksi susu sapi sampai 20%, niscaya akan menggusur peternak kecil. Dominasi produksi pangan dunia oleh beberapa perusahaan.

b. Dampak di bidang kesehatan
Produk rekayasa di bidang kesehatan ini memang sudah ada yang menimbulkan masalah yang serius. Contohnya adalah penggunaan insulin hasil rekayasa menyebabkan 31 orang meninggal di Inggris. Tomat Flavr Savr diketahui mengandung gen resisten terhaap antibiotic. Susu sapi yang disuntik dengan hormone BGH disinyalir mengandung bahan kimia baru yang punya potensi berbahaya bagi kesehatan manusia. Kontroversi Produk Transgenik memiliki dampak terhadap kesehatan manusia: alergi, transfer penanda antibiotik, dan efek potensial yang tidak diketahui.

c. Dampak di bidang etika dan moral
Menyisipkan gen makhluk hidup kepada makhluk hidup lain memiliki dampak etika yag serius. Menyisipkan gen makhluk hidup lain yang tidak berkerabat dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum alam dan sulit diterima manusia. Bahan pangan transgenic yang tidak berlabel juga membawa konsekuensi bagi penganut agama tertentu. Penerapan hak paten pada organism hasil rekayasa merupakan pemberian hak pribadi atas organism. Hal ini bertentangan dengan banyak nilai-nilai budaya yang mengghargai nilai intrinsic makhluk hidup. Kontroversi tanaman transgenik seperti pelanggaran nilai intrinsik organisme alami, melawan sistem alamiah karena mencampurkan gen berbagai spesies.
d. Dampak pada lingkungan
Dampak pada lingkungan: transfer gen yang tidak dikehendaki, penyerbukan silang, efek pada mikroba tanah, serta penyusutan keanekaragaman hayati flora dan fauna.

7. Contoh-contoh Rekayasa Genetika dab Berbagai Polemiknya dalam Masyarakat

1. Kloning dan berbagai polemik dalam masyarakat
Menjelang New Millenium, dunia dikejutkan oleh ditemukannya sebuah cara baru dalam hal proses berkembang-biaknya mahluk hidup. Proses kembang biak yang dikenal dengan istilah Kloning itu dinyatakan bisa menghasilkan anakan yang persis sama dengan induknya secara a-seksual (tanpa melalui pembuahan). Professor Jerry L. Hall, yang pertama berhasil melakukan percobaan Kloning. Konon, peneliti dari Washington University ini pernah membelah embrio manusia menjadi beberapa bagian, sampai masing-masing bagian tersebut berhasil dibiakkan menjadi embrio yang sama. Menyusul kemudian : Dr. Tim Cohen dari Inggris. Ia ditengarai berhasil “membantu” Maureen Ott melahirkan seorang anak perempuan yang dinamai Emma Ott, setelah sebelumnya melalui proses pengkloningan.
Disaat Dr. Ian Walmut, Direktur Tim Roslin Institute, mempublikasikan keberhasilannya dalam mengkloning sel kelenjar susu domba ras dorset asal Finlandia menjadi seekor domba normal, polemik yang sebelumnya hanya riak-riak kecil saja, berubah meluap ke permukaan. Polemik mengenai teknologi kloning itu semakin bertambah panas, ketika Dr. Martine Nijs, peneliti medik asal Belgia, mengaku telah berhasil mengkloning bocah kembar sejak tahun 1993. Menurut Nijs, ketika ia mempublikasikan hal tersebut, tepat pada 9 Maret 1997, klon bocah kembar itu masih terus mengalami masa pertumbuhan. Seperti yang terjadi pada Copernicus dan Galileo, reaksi masyarakat dunia begitu keras menyoroti dampak, serta mempertanyakan etika teknologi rekayasa genetika. Mayoritas masyarakat dunia memandang ide tersebut sebagai sesuatu yang buruk, rubbish, dan mencampuri wilayah otoritas Tuhan. “Teknologi kloning memperlihatkan betapa kita sudah kehilangan rasa hormat kepada makhluk hidup,”ujar Paus Yohannes Paulus II dalam The Washington Post. “Ada banyak makhluk hidup yang perlu dihormati, bukan hanya digunakan untuk memuaskan nafsu tertentu saja,” tambah Douglas Bruce, direktur Church Of Scotland, yang berlokasi di propinsi tempat diumumkannya penemuan domba kloning Dolly. Dan di Amerika Serikat, Gereja Katholik Detroit,  mengeluarkan press release dalam The Detroit News. “Manusia diciptakan dari citra Tuhan. Dan kloning hendak mengotorinya,” tulis pernyataan itu.
Sesaat setelah Gereja Vatikan Roma mengeluarkan kecaman atas upaya pengkloningan manusia yang marak dilakukan di negara-negara maju pasca publikasi Dr. Ian Walmut, opini masyarakat barat, khususnya Amerika dan Eropa, menunjukkan sentimen negatif. Hampir 90 % responden majalah Time, Newsweek, BBC, atau CNN Television, menabukan rekayasa genetika.  Masyarakat dunia pun masih tetap apriori terhadap teknologi kloning ini, kendati Advanced Cell Tecnology (ACT) Inc. dari Worcester, Massachusetts, Amerika Serikat, dalam percobaannya berhasil membiakkan sel tunas (sel stem) menjadi sel tertentu pengganti jaringan tubuh yang rusak sebab penyakit kronis. Meskipun pihak perusahaan bioteknologi itu berusaha meyakinkan masyarakat luas bahwasanya teknologi kloning bisa berguna untuk theurapeutic ( proses penyembuhan penyakit), dunia tetap memandang sinis terhadap ide rekayasa genetika tersebut.
Dari kalangan cendekiawan ataupun ulama-ulama dunia Islam, sikap kontra terhadap teknologi kloning inipun sempat mengemuka. Rata-rata mereka mengkhawatirkan keruntuhan institusi perkawinan dan putusnya rantai keturunan, jika teknologi kloning ini dinyatakan halal untuk diterapkan. “Keberhasilan kloning manusia akan mengakibatkan sendi kehidupan keluarga menjadi terancam hilang atau hancur. Oleh karena manusia yang lahir melalui proses kloning tidak dikenal siapa ibu dan bapaknya, atau dia adalah percampuran antara dua wanita atau lebih. Sehingga, tak diketahui siapa ibunya, dan akan sulit dilacak keberadaan bapaknya, ketika anak hasil pengkloningan itu membutuhkan salah satu dari figur ayah atau ibu, ataupun figur keduanya.
Disamping pendapat yang menentang, ada juga sebagian ulama dan kaum cendekiawan yang sangat antusias mendukung diterapkannya teknologi kloning. Salah satunya adalah Sayyid Muhammad Hasan Al-Amin. “Kalau kita berandai kloning diterapkan pada manusia, maka menurut hemat saya ia merupakan suatu keberhasilan yang besar dan agung untuk kemaslahatan manusia. Pandangan agama secara umum dalam hal ini sejalan dengan pandangan agama terhadap semua keberhasilan ilmiah yang besar dan yang dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia. Kita harus membedakan sisi moral, sosial, dan kemanusiaan dengan pandangan agama menyangkut teori ilmiah tentang kloning.”ujarnya. ”Agama tidak mungkin mengharamkan atau melarang ditemukannya satu teori ilmiah baru yang dapat mengantar kepada pengungkapan rahasia dari sekian banyak rahasia kehidupan, manusia, dan alam raya. Sebaliknya pun demikian. Karena, agama mengundang manusia untuk berpikir, mengamati, menganalisis, dan mengambil kesimpulan.” tambah ulama yang juga Hakim Agung di Mahkamah Tinggi al-Ja’fariyah Lebanon itu.
Hampir sepuluh tahun dunia berpolemik soal teknologi kloning. Sampai dengan Oktober 2008 tahun lalu, sidang Komite VI Majelis Umum PBB belum juga menetapkan larangan terhadap pencangkokan sel pada manusia. Ada dua draft resolusi yang satu sama lain memiliki perbedaan yang sangat signifikan, berkenaan dengan batasan larangan pengembangan kloning. Delegasi Costa Rica mengajukan draft resolusi yang melarang seluruh bentuk kloning, baik untuk tujuan reproduksi atau untuk maksud kesehatan. Menurut delegasi-delegasi negara pendukung draft resolusi tersebut, therapeutic cloning tidak bisa dipertanggung-jawabkan secara etika. Prediksi mereka : akan ada penyimpangan dalam pengembangan kloning yang tidak bisa dikontrol sepenuhnya.  Lagipula, proses kloning tersebut hanya akan menguntungkan negara-negara besar saja.
Bertolak belakang dengan draft resolusi yang diajukan oleh delegasi Costa Rica, delegasi Belgia mengajukan draft resolusi yang mengijinkan kloning untuk maksud penelitian yang bakal berkontribusi untuk kesehatan (therapeutic cloning). Dengan pengawasan yang ketat, therapeutic cloning bisa dikembangkan demi menyelamatkan kehidupan manusia. “ Para penderita kanker, AIDS, parkinson, alzheimer bisa berharap banyak dari pengembangan kloning untuk maksud kesehatan.” demikian pendapat Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan.” Secara pribadi saya mendukung pengembangan therapeutic cloning.”ujarnya pula.
Menyimak berbagai polemik seputar teknologi kloning, ada kecenderungan mayoritas opini memberi dukungan pada pengembangan kloning untuk kesehatan (therapeutic cloning). Fatwa dari Majma’ Buhus Islamiyah Al-Azhar, yang berkedudukan di Kairo, Mesir, memberikan pengecualian untuk therapeutic cloning. Kendati fatwa yang ditanda-tangani oleh Syaikh Tanthawi itu kurang lebih berbunyi : ”kloning manusia itu haram dan harus diperangi serta dihalangi dengan berbagai cara.”, namun fatwa tersebut membedakan antara pengembangan kloning untuk maksud reproduksi pada manusia dengan pengembangan kloning untuk maksud pembaharuan terhadap organ tubuh manusia yang rusak. Jika kerusakan organ tubuh bisa diatasi dengan kloning,  maka dipersilahkan untuk menempuh prosedur tersebut. Sebab, fatwa itu menimbang : manfaatnya lebih besar daripada mudharatnya.
Terlepas dari pro dan kontra seputar rekayasa genetik pada manusia yang populer dengan istilah kloning itu,  sampai saat ini, belum ada ilmuwan yang berhasil mengkloning primata -kloning yang dianggap bisa menjadi jembatan menuju kloning manusia-  yang paling dekat susunan genetiknya dengan manusia. Prof. Gerald Schatten dari Pittsburgh University mengemukakan bahwasanya belum terdapat kemajuan berarti dalam proses kloning primata, kendati upaya kloning primata ini telah diujikan pada 700 sel telur monyet selama periode enam tahun ini. “Teknik kloning yang digunakan saat ini memusnahkan unsur protein dalam sel telur primata. Waktu nukleus sel telur diangkat untuk diganti dengan DNA sel lain, protein kunci malah ikut terangkat. Padahal protein tersebut sangat dibutuhkan demi keberlangsungan hidup embrio.” ucap Prof. Gerald Schatten, seperti dikutip oleh Harian Kompas. Keterangan itu menjelaskan kematian domba Dolly- yang dianggap monumental dalam Today History Of Science- pada 14 Februari 2003, karena Lung Disease yang parah.  Metode kloning yang diterapkan oleh Dr. Ian Walnut ketika mengkloning Dolly, domba ras dorset Finlandia itu, ternyata malah membuat sel telur primata cacat. Itulah sebabnya, tidak ada hasil kloning yang berumur panjang, yang sehat seratus persen, dan tidak mengalami kerusakan genetik. 

2. Tanaman Transgenik dan Berbagai Polemik dalam Masyarakat
Produk-produk bioteknologi modern seperti tanaman pangan dan tanaman
industri, hewan-hewan hasil rekayasa genetika, bahan-bahan diagnostik,
vaksin dan antibodi, produk-produk olahan dari tanaman atau hewan
transgenik, telah menjadi komoditas baru untuk konsumen. Namun, sejak awal
perluasan budidaya tanaman/hewan transgenik dan perdagangannya sudah
menimbulkan polemik tentang keamanan produk-produk bioteknologi itu dari
segi kesehatan dan lingkungan, lebih-lebih terhadap keamanan keanekaragaman
hayati. "Sebagai ilmuwan, saya setuju dengan kemajuan ilmu, termasuk
bioteknologi modern. Namun, ilmiah saja tidak cukup karena diperlukan etika
yang memihak kepentingan orang banyak," kata Dr Hari Hartiko dari Pusat
Antar Universitas (PAU) Bioteknologi Universitas Gadjah Mada, dalam Diskusi
Pakar "Organisme/Pangan Hasil Rekayasa Genetika: Biarkan Konsumen Memilih" untuk memperingati Hari Hak-hak Konsumen Sedunia Tahun 2000.
            Menurut Hari Hartiko, kontroversi yang timbul tentang keamanan organisme/pangan transgenik terhadap kesehatan dan keamanan keanekaragaman
hayati disebabkan beberapa faktor, antara lain kurangnya familiarity
tentang bioteknologi modern, adanya kesenjangan kebenaran ilmiah, dan
perbedaan perspektif tentang konteks aman (safe), serta perbedaan
perspektif kepentingan dan lingkup aman. "Perlu diakui bahwa pada hakikatnya tidak ada teknologi tanpa risiko, walaupun demikian konsumen perlu tahu kemungkinan apa yang dapat terjadi apabila seseorang menggunakan teknologi atau produk teknologi itu. Saat ini justru dirasakan adanya ketidakterbukaan atau transparansi masalah pemanfaatan bioteknologi, produk bioteknologi dan produk ikutannya. Diungkapkan, jasad hidup produk rekayasa genetika mengandung gen asing, yang secara alami tidak ada di jasad hidup itu. Gen asing inilah yang
menentukan ciri/kemampuan baru jasad transgenik terkait. Contohnya, bakteri
Bacillus thuringiensis yang mengandung gen cry yang menghasilkan racun,
apabila berada di saluran pencernaan serangga akan mematikan serangga. Bila
gen cry ini disisipkan dengan teknologi rekayasa genetika ke tanaman padi,
jagung, kedelai, kentang, kacang dan kapas, maka tanaman-tanaman tersebut
akan menghasilkan racun yang mampu membunuh serangga, sehingga tanaman tadi akan bebas dari serangan hama dan tidak memerlukan lagi pestisida.
Namun, keberadaan gen cry pada serbuk sari tanaman transgenik juga mampu
membunuh serangga lain, seperti serangga penyerbuk yang bukan hama. Hal ini
tentu mengganggu kelangsungan hidup tumbuhan lain yang menggantungkan
penyerbukan oleh serangga. Kalau hal ini benar-benar terjadi, akan
mengganggu ekosistem alam yang ada," ujar Hari Hartiko.

Sementara itu Dr Kartika Adiwilaga, Manager Bioteknologi Regional Asia
Tenggara PT Monagro Kimia menyatakan bahwa dibandingkan pemuliaan tanaman konvensional, maka pemuliaan tanaman dengan rekayasa genetika terbukti lebih cepat dan tepat untuk menciptakan tanaman pangan dengan sifat-sifat yang dikehendaki. Hal ini dapat menjawab kebutuhan pangan akibat
pertumbuhan penduduk dunia. Sederet Kontroversi Produk Transgenik:
1.      Dampak terhadap kesehatan manusia: alergi, transfer penanda antibiotik, dan efek potensial yang tidak diketahui.
2.      Dampak pada lingkungan: transfer gen yang tidak dikehendaki, penyerbukan silang, efek pada mikroba tanah, serta penyusutan keanekaragaman hayati flora dan fauna.
3.      Pelanggaran nilai intrinsik organisme alami.
4.      Melawan sistem alamiah karena mencampurkan gen berbagai spesies.
5.      Dominasi produksi pangan dunia oleh beberapa perusahaan.

Penutup

Kesimpulan
            Adapun yang menjadi kesimpulan dari makalah ini adalah :
1.      Rekayasa genetika adalah upaya pencangkokan gen dengan teknik rekombinan DNA pada mikroorganisme tertentu.
2.      Dengan rekayasa genetika, manusia dapat memuat organisme yang tidak dapat menghasilkan bahan tertentu menjadi mampu menghasilkan bahan tertentu yang dibutuhkan manusia. Mikroorganisme yang berperan ini disebut makluk transgenik. Contoh makhluk hidup transgenik adalah bakteri yang mampu menambang tembaga, bakteri yang mampu membersihkan lingkungan yang tercemar, bakteri yang mampu mengubah bahan tercemar menjadi bahan lain yang tidak berbahaya, jagung yang memiliki kandungan protein tinggi, tomat yang tahan lama, dan sebagainya.
3.      Rekayasa Genetika berkembang setelah ditemukannya enzim restriksi endonuklease, ditemukannya pengatur ekspresi DNA, ditemukannya enzim ligase, ditemukannya medium untuk memindahkan gen ke dalam sel mikroorganisme
4.      Selain produk, dengan bioteknologi modern banyak pula penyakit menurun yang dapat disembuhkan. Penyembuhan Penyakit menurun ini dilakukan dengan jalan menyisipkan gen yang kurang pada penderita. Proses ini disebut terapi genetik.
5.      Namun masalah muncul ketika produk rekayasa sudah menimbulkan masalah yang serius. Contohnya adalah penggunaan insulin hasil rekayasa menyebabkan 31 orang meninggal di inggris. Tomat Flavr Savr diketahui mengandung gen resisten terhadap antibiotic. Susu sapi yang disuntik dengan hormone BGH disinyalir mengandung bahan kimia baru yang punya potensi berbahaya bagi kesehatan manusia.
6.      Polemik kloning dan tanaman transgenik pada rekayasa genetika memiliki pro kontra.



DAFTAR PUSTAKA


http://www.kulinet.com/baca/pro-kontra-rekayasa-genetika/609/ (diakses 1/8/2010)




http://forumm.wgaul.com/showthread.php?p=1037482003(diakses 1/8/2010)


Stansfield, W.D. (1991). Genetika, edisi kedua, Jakarta: Penerbit Erlangga.